Minggu, 04 Maret 2012

WOMEN CENTER CARE



                                                                                                                                                                          
BAB I
PENDAHULUAN

      Dapat diakui bahwa wanita, anak dan keluarga sebagai kelompok penduduk  yang punya peran besar bagi kelangsungan kehidupan kesejahteraan masyarakat bangsa. Namun dalam hal ini, wanita mempunyai peran yang sangat mendasar, sebagaimana pendapat Abudarne dan Naisbill cit Sri Suhartati 1997 :” When the subject is women, what is happening awesome, women are transforming the world we live in” pendapat tersebut menggambarkan betapa besarnya peran wanita yang dapat merubah profil dunia. Dengan dasar itulah maka dewasa ini terutama dinegara-negara berkembang, banyak progam-progam yang dipusatkan pada wanita.   
      Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis , serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, kepada masyarakat khususnya perempuan. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal,  persiapan menjadi orang tua, kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Oleh karena itu bidan sebagai mitra perempuan, dituntut  lebih terampil, dapat mengidentifikasi dan mengambil tindakan tepat waktu dan tepat bila terjadi masalah pada wanita.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN
           Women Center Care adalah asuhan kesehatan yang berpusat pada wanita.
Dalam kebidanan terpusat pada ibu (wanita) adalah suatu konsep yang mencakup hal-hal yang lebih memfokuskan pada kebutuhan, harapan dan aspirasi masing-masing wanita dengan memperhatikan lingkungan sosialnya dari ada kebutuhan institusi atau profesi terkait. (Hidayat Asri,Dkk,2009)
           Women Center Care adalah Asuhan yang berorientasi pada Wanita.. Dalam Hal ini Bidan difokuskan memberikan dukungan pada wanita dalam upaya memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan dirinya.
            Asuhan yang berorintasi pada wanita atau Women Centre Care amat penting untuk kemajuan Praktik kebidanan.
Women Center Care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (International Confederation Of Midwifery) yang tertuang dalam VISI nya, yaitu :
a). Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan askeb
b). Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai kerjasama team dalam
      memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita dan keluarga
c.) Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan dimasa mendatang termasuk pelayanan
      kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita dan keluarga
d). Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai dengan harapan wanita
            Terpusat pada ibu  memiliki sifat holistic (menyeluruh) dalam membahas kebutuhan dan ekspetasi, social, emosional, fisik, psikologis, spiritual, dan kebudayaan ibu. Bentuk-bentuk women Center Care di Indonesia meruakan progam untuk menurunkan angka kematian ibu yang merujuk pada progam sedunia yang didukung oleh WHO yaitu:
1. Safe Motherhood   
              Safe motherhood adalah kemampuan wanita untuk dapat hamil dan melahirkan secara
        aman dan sehat. Awal dari progam safe motherhood adalah sebuah usaha menyeluruh
        yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan pada wanita dan bayi,
         khususnya di negara berkembang. Progam ini dimulai tahun 1987.
               Indonesia termasuk Negara berkembang dan memiliki permasalahan besar berkaitan
         dengan kematian maternal. Menurut laporan WHO dan Bank Dunia pada tahun 1997,
         wanita Indonesia memiliki resiko tinggi pada kematian maternal yaitu 450 kematian ibu
         per 100000 kelahiran hidup.
              Banyak faktor yang mempengaruhi MMR. Factor-faktor tersebut dapat dibagi kedalam
        empat jenis: kondisi fisiologis wanita, kondisi tenaga kesehatan, kondisi lingkungan, dan
        perilaku wanita.
                Maine and Rosenfield(1999) melaporkan bahwa alasan penting kurang
        berhasilnya mengurangi kematian bahwa alasan penting kurang berhasilnya mengurangi
        kematian ibu adalah tidak adanya fokus strategi yang jelas dalam mengawali safe
        motherhood. Mereka menyatakan bahwa perawatan gawat darurat obstetric merupakan
         hal yang sangat penting dalam mengurangi kematian ibu. (M.Sih Setija Utami,2003)
               Tahun 1988 dengan digalakkannya Standar Pelayanan Kebidanan Yang  diikuti progam
        lainnya yang berkesinambungan
2. The mother Friendly Movement Tahun 1996 yang diterjemahkan sebagai Gerakan
    Sayang Ibu (GSI)
     a. Pengertian
         Gerakan sayang Ibu merupakan gerakan percepatan penurunan angka kematian ibu yang
         dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dengan meningkatkan
         pengetahuan kesadaran dan kepedulian dalam upaya integral dan sinergis
     b. Prinsip asuhan
·         Intervensi minimal
·         Komprehensif
·         Sesuai kebutuhan
·         Sesuai standar, wewenang, otonomi, dan kompetensi provider
·         Dilakukan secara komplek oleh tim kerja
·         Asuhan sayang ibu.
·         Filosofi bahwa proses menstruasi, persalinan, menopause adalah normal.
·         Memberikan informed concent
·        Aman, Nyaman, logis dan berkualitas
c. Pelaksanaan progam
           Berupa gerakan sayang ibu yang dioperasionalkan dikecamatan dan desa atau kelurahan.
           Gerakan Sayang Ibu (GSI) mempromosikan kegiatan yang berkaitan dengan kecamatan
           sayang ibu dan Rumah Sakit saying ibu untuk mencegah 3 keterlambatan:
·         Keterlambatan ditingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan membuat keputusan untuk mencari pertolongan.
·         Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
·         Keterlambatan difasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan
d. Kegiatan.
           Meliputi advokasi dan mobilitas sosial.
3. Live Saving Skill
       “The LSS manual and training program was developed to help midwives prevent maternal and infant mortality and morbidity by identifying and taking timely and appropriate action when problems occur in pregnancy, labor and delivery and in the early postpartum period.” (www.cpc.unc.edu ). The LSS manual dan program pelatihan mengatasi penyebab utama kematian ibu dan bayi. Ada sepuluh modul: pengenalan kematian ibu, perawatan antenatal yang berkualitas, memantau kemajuan persalinan, episiotomi dan perbaikan luka, pencegahan dan pengobatan pendarahan, resusitasi (dewasa dan bayi), pencegahan dan pengelolaan sepsis, hidrasi dan rehidrasi, vakum ekstraksi, darurat lainnya (tenaga kerja dan masalah pengiriman, perawatan post abortion, symphysiotomy).
            Program berbasis kompetensi berkonsentrasi pada perolehan keterampilan kebidanan maju dan proses pemecahan masalah. Keterampilan dipecah menjadi langkah-langkah berurutan dan menguasai dengan menggunakan  daftar keterampilan. Checklist keterampilan diberikan dalam sebuah buku catatan kecil yang terpisah yang disebut Panduan Klinis untuk mudah digunakan sebagai acuan dalam pengaturan klinis dan untuk tujuan pelatihan dan supervisi.
           Program ini telah dikembangkan sebagai sumber daya pendidikan berkelanjutan untuk melatih bidan dan dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan lokal dan standar praktik.
Aplikasi negara: Ghana, Uganda, Tanzania, Tajikistan, Vietnam, Kamboja, Indonesia, Peru, Ethiopia, Guinea, Bangladesh, India, Honduras, Mozambik, dan di tempat lain
(www.cpc.unc.edu )  
             The Life-Saving Skills Manual  untuk Bidan juga digunakan dalam program  pendidikan berkelanjutan untuk bidan berpengalaman dan penyedia terampil lainnya, untuk memperkuat pelatihan pra-pelayanan untuk mahasiswa kebidanan dan dimasukkan ke dalam program pelatihan dasar yang dapat dijalankan oleh departemen kesehatan, sekolah pendidikan , atau asosiasi kebidanan..(www.midwife.org)
 4. Komunikasi Interpersonal dan konseling
    Definisi dan Pendekatan KAP
             KAP adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004). Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008).  KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan. KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan.
        Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002)
     Fungsi Konseling Kebidanan :
a. Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
b. Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, kultural dan
    lingkungan .
c. Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien
d. Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat
    kesehatan.
Hasil Pelayanan Konseling Kebidanan :
      Harapan bidan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien dalam :
      a.Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan pemecahan
          masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.
b. Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan
      c. Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.
d. Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan.
5. Asuhan Persalinan Dasar (APD) yang kemudian berkembang menjadi Asuhan
      Persalinan Normal (APN)  Tahun 2000
       Tujuan APN adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan
yang tinggi dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang optimal. Dengan demikian penolong ersalinan dapat memberikan asuhan
yang mengacu pada upaya-upaya pencegahan yang dapat memberikan rasa aman bagi ibu
dan bayinya baru lahir selama persalinan dan masa nifas dini.
         Ada 5 aspek dasar atau benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dan aman baik pada persalinan normal maupun patologis yaitu :
a).Membuat keputusan klinik
b). Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
c). Pencegahan infeksi
d). Pencatatan (rekam medik)
e). Rujukan
6. Making Pregnancy Safer (MPS) tahun 2000
    a. pengertiannya adalah gerakan nasional dalam mewujudkan kehamilan yang aman sebagai
        strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 dengan
         melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi kecacatan,
         kesakitan, dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan yang sebenarnya tidak
         perlu terjadi.
    b. Pelaksanaan progam
·        Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas dan efektif berdasarkan bukti
·         Membangun pikiran yang efektif
·         Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga.
·         Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatanpelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
·         Menjamin adanya pertolongan pertama obstetric sesuai standar nasional maupunpedoman klinis dan rujukan pada semua polindes dan puskesmas tanpa tempat tidur.
·         Menjamin semua desa terpencil mempunyai polindes dan tenaga bidan
·         Menyediakan bahan dan obat-obat esensial , peralatan dan transformasi untukpelayanan efektif.
·         Menyediakan pelayanan ANC.
·         Menyediakan pelayanan persalinan sesuai standar nasional dan menurut pedoman klinis yang dianjurkan dengan pendokumentasian.
·         Menjamin pencegahan dan penanggulangan infeksi.
·         Menetapkan peran dukun untuk mendukung kerja bidan        
7. IBI mengeluarkan standar asuhan kebidanan dan usulan peningkatan pendidikan
     Kebidanan  dari D1, D3, D4, S2
           Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
      hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan sesuai dengan kebutuhan
      pekerjaan/pelayanan dan standar yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan
       formal dan non formal
     a. Visi
        Pada tahun 2010 seluruh bidan telah menerapkan pelayanan yang sesuai standar praktek
        bidan internasional dan dasar pendidikan minimal DIII Kebidanan.
   b. Misi
         Untuk mencapai visi pendidikan berkelanjutan, misalnya adalah :
·        Mengembangkan pendidikan berkelanjutan berbentuk “system”.
·        Membentuk unit pendidikan berkelanjutan bidan ditingkat pusat, propinsi/daerah dan kabupaten/cabang
·        Membentuk tim pelaksana pendidikan berkelanjutan
·        Mengadakan jaringan /kerjasama dengan pihak terkait
     c. Tujuan
          Pendidikan berkelanjutan bertujuan :
·        Pemenuhan standar
Dalam hal ini adalah standar kemampuan yang telah ditentukan oleh konsil kebidanan untuk dilakukan registrasi/legislasi untuk mendapatkan praktek bidan
·        Meningkatkan produktivitas kerja
Produktivitas kerja akan meningkat , kualitas dan kwantitasnya akan semakin baik, karena technical skill bidan akan meningkat
·        Meningkatkan pemahaman terhadap etika profesi
Dengan meningkakan pemahaman  etika profesi bidan akan memberikan pelayanan
sesuai dengan keahlian dan ketrampilan.
·        Meningkatkan karier
             Peningkatan karier akan semakin besar, karena keahlian ketrampilan dan prestasi kerja
nya akan semakin meningkat
·        Meningkatkan kepemimpinan
Kepemimpinan bidan sebagai seorang menejer akan lebih baik, melalui peningkatan hubungan antar manusia, motivasi kearah kerjasama vertikal dan horizontal serta semakin cakap dalam pengambilan keputusan
·        Meningkatkan kepuasan konsumen
Dengan lebih baiknya mutu pelayanan bidan, kepuasan konsumen akan meningkat
                    Perkembangan  pendidikan bidan berjalan seiring/berhubungan dengan
             Perkembangan pelayanan kebidanan untuk menjawab tuntutan serta kebutuhan
             masyarakat akan pelayanan kebidanan yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah
             pendidikan formal dan informal.
·        Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan
             kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan diploma I kesehatan ibu
             dan anak dibuka.
Tahun 1985 dibuka lagi PPB lulusan SPR dan SPK, lama pendidikan 1 tahun.
·        Tahun 1989 dibuka crash progam pendidikan bidan secara nasional, pemerintah memperbolehkan lulusan SPK langsung masuk progam pendidikan bidan. Dikenal dengan PPB A, dengan lama pendidikan 1 tahun.
Setelah lulus pemerintah menempatkan seorang bidan ditiap desa sebagai PNS golongan II, sejak tahun 1996 status bidan didesa sebagai pegawai tidak tetap dengan kontrak selama 3 tahun yang kemudian dapat diperpanjang 2X3 tahun 1993 dibuka progam pendidikan bidan progam B yang lulusannya AKPER lama pendidikan 1 tahun untuk tenaga mengajar pada PPB A.
·        Tahun 1996 dibuka pendidikan Diploma III kebidanan dengan raw input dari SMA.
·        Tahun 2000 dibuka program DIV bidan pendidik yang diselenggarakan di FK UGM Yogyakarta , dengan lama pendidikan dua semester
·        Tahun 2006 dibuka S2 kebidanan di UNPAD Bandung
8. Asuhan Sayang Ibu
     pengertiannya adalah prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu
        Coalition For Improving Maternity Service (CIMS) 1996
·        Menawarkan kepada ibu untuk memilih didampingi suami atau keluarga sebagai support fisik dan emosional
·        Menginformasikan praktek dan intervensi yang akan maupun sedang dilakukan serta menginformasikan hasil asuhannya.
·        Asuhan yang diberikan bersifat peka dan responsif terhadap keyakinan, nilai dan adat istiadat
·        Memberikan kebebasan untuk memilih posisi dan bergerak sesuai keinginan ibu
·        Kebijakan dan prosedur yang terdapat didalam asuhan bersifat jelas dan berkesinambungan
·        Menghindari tindakan rutin yang tidak jelas dengan mengacu pada evidance based
·        Mendidik para pemberi asuhan agar melakukan tindakan pengurangan nyeri tanpa obat
·        Mendorong semua ibu post partum untuk melakukan bonding attacment  dan breast feeding,inisiasi menyusui dini
·        Menghindari penyunatan yang tidak diperlukan dan mendukung asuhan bayi

BAB III
KASUS

         Ibu Y adalah primigravida hamil aterm normal, masuk kamar bersalin RS.Medika dalam keadaan inpartu.
          Ibu Y setiap ANC selalu datang ketempat bidan W. Sewaktu ANC di bidan W ibu Y mengutarakan keinginan melahirkan dibidan S karena rumah ibu Y dekat dengan rumah. Bidan S. Bidan mendukung keinginan ibu Y dan menganjurkan beberapa bulan sebelum HPL untuk ANC di bidan S, Tetapi, ibu mertua dan sebagian keluarga besarnya menyuruh melahirkan di Rumah Sakit  Medika dengan alasan peralatan yang lebih lengkap dengan terpaksa,ibu Y menyanggupinya.
         Sewaktu dilakukan anamnesa di RS medika, ibu Y mengatakan keinginannya ingin persalinannya didampingi suami dan tidak mau di episiotomi. Sekarang ini ibu Y berada dalam kala II dan kala II yang berlangsung agak lambat, tetapi ada kemajuan. Bidan di RS Medika mempersilahkan suami ibu Y untuk mendampingi ibu Y selama proses persalinan.
          Pada proses persalinan tersebut, ibu Y imerasa nyaman dengan posisi setengah duduk, tetapi bidan sering menyuruh ibu Y dalam posisi terlentang dan menjelaskan kepada ibu Y bahwa posisi tersebut mempermudah mengukur perkembangan pembukaan dan mengamati penurunan kepala bayi
  
BAB IV
ANALISA KASUS

    
       Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral tak terpisahkan dari ibu hamil.
         Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya.. Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya.
       Pada kasus diatas dapat dilihat bahwa bidan W, sudah melakukan tindakan asuhan sayang ibu pada ibu Y, karena mendukung pilihan dan keputusan ibu Y untuk melahirkan di bidan S hanya saja, bidan W tidak melibatkan keluarga ibu W dalam asuhan, agar keluarganya bisa mengerti pilihan ibu Y dan menyadari bahwa ibu Y mempunyai hak untuk memutuskan kepada siapa dan dimana ibu Y akan memperoleh pelayanan kebidananya karena bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan dimasa mendatang termasuk pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita dan keluarga.
         Sewaktu di RS Medika, bidan di RS Medika telah melakukan asuhan  kebidanan yang benar dengan  menawarkan kepada ibu Y untuk memilih didampingi suami atau keluarga sebagai support fisik dan emosional. Tetapi bidan tersebut tidak menghargai keinginan ibu Y dalam                                                                                                                                                              memberikan kebebasan untuk memilih posisi bersalin sesuai keinginan ibu Y . Seharusnya, bidan dapat bekerjasama dengan ibu Y dalam memberikan asuhan sesuai harapan ibu Y.
 









BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Asri Hidayat dan Mufdlilah. 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan plus materi Bidan Delima, Mitra Cendikia Press: Yogyakarta

http://www.lusa.web.id/komunikasiantar pribadi.interpersonal.comunication/ ,konseling,10 Mei 2009,  diambil tanggal 1 april 2010 jam 15.00

http://www.cpc.unc.edu   Life Saving Skills: A Manual for Midwives; LSS Manual for Midwives: Clinical Guide,2010  diambil tanggal  1 april 2010 jam 15.00

http://midwife.org,  Life Saving Skills Series, diambil tanggal 1 april 2010 jam 16.00

Sih Setija Utami.2003.penelitian tentang Aspek-aspek psikologis ibu hamil,Fakultas psikologi UNIKA Soegijapranata, Semarang

Sri Suhartanti.1997. Pemasalahan-permasalahan hak asasi manusia yang dihadapi wanita, anak, keluarga dan kiat peningkatan pelaksanaanya, Majalah Ilmiah Kopertis Wilayah VI

 http://bidanintanblogspot.com, teori-teori yang mempengaruhi model kebidanan  kamis, 26 November 2009, diambil 1 April 2010 jam  16.10











1 komentar:

  1. Gambling and Casino in California - Dr.MCD
    It's the place to get money in California. This 파주 출장샵 is where the excitement 경기도 출장마사지 of gambling and entertainment begin. With over 안양 출장안마 800 electronic 안전 토토 사이트 games, 충청남도 출장안마

    BalasHapus